Untuk mengetahui
kapan pastinya psikologi agama mulai dipelajari terasa agak sulit. Karena, baik
dalam kitab suci maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara
jelas. Dalam kitab suci setiap agama banyak menerangkan tentang proses jiwa
atau keadaan jiwa sesorang karena pengaruh agama.
Dalam al-Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat
yang menunjukkan keadaan jiwa orang-orng yang beriman atau sebaliknya. Salah
satu contoh adalah proses pencarian Tuhan yang dialami oleh nabi Ibrahim As
yang diceritakan dalam al-Qur’an surah al-an’am : 76-79. Dalam kisah tersebut
dilukiskan bagaimana proses konversi terjadi pada diri Ibrahim. Pencarian
Ibrahim terhadap bemda-benda alam yang diciptakan Allah dan menganggapny
sebagai Tuhan.
Diskursus
dalam Psikologi Islam
Psikologi Islam yang dimaksud
disini bukanlah satu cabang psikologi yang hanya berlabelkan Islam, melainkan
satu cabang psikologi yang memiliki kaidah-kaidah keilmiahan yang berlandaskan
ajaran Islam. Untuk itu Psikologi Islam harus merancang ulang terhadap berbagai
teori Psikologi dalam berbagai aspeknya, meliputi ;
• Landasan epistemologi ; iqra’ dan amal shalih
• landasan ontologi ; ayat-ayat dan kebenaran-kebenaran
Allah yang bertebar di bumi.
• landasan aksiologi ; untuk memenuhi fungsi manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah Allah di bumi.
• landasan objektif ; berdasarkan pada kajian manusia atas dasar
keinginan Allah
• landasan empiris ; mengkaji semua ciptaan Allah pada
tingkat rasional empiris, abstrak sapai pada tingkat pengkajian hal-hal yang
ghaib.
• landasan rasional ; perpaduan antara pikir dan zikir yang
dilandasi hidayah dan menuju penyebar luasan hidayah.
• landasan kemerdekaan ; dengan membebaskan diri dari nafsu
menuju kepada pengungkapan kebenaran Allah.
Dalam studi
Psikologi Islam, para ahli sependapat bahwa umat Islam perlu merekonstruksi
studi psikologi dengan memulai dari sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan
hadis. Salah satunya adalah Fuad Nashori, yang berpendapat bahwa studi yang
dilakukan umat Islam terhadap psikologi dapat dibagi menjadi 4 pola, yaitu ;
1.) perumusan psikologi dengan
bertitik tolak dari al-Qu’an dan hadis. 2.) perumusan psikologi bertitik tolak
dari khazanah keislaman. 3.) perumusan psikologi dengan mengambil inspirasi
dari pskologi modern dan membahasnya dengan pandangan Islam. 4.) merumuskan
konsep manusia berdasarkan pribadi yang hidup dalam Islam.
Literatur
Psikologi Islam mengistilahkan jiwa dengan an-nafs atau ar-ruh. Kajian ini juga
mencakup hal yang berkaitan dengan intelektual (al-‘aql), hati (qalb), dan
kehendak ( iradah). Semua itu di anggap sebagai aspek utama pada perilaku
kejiwaan manusia dalam membetuk kualitas diri demi mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat. Berbeda dengan cendekiawan Barat, konsep psikologi yang
dikembangkan Islam sangat menekankan hakikat Ilahiyah. Seluruh unsur kejiwaan,
seperti moral, fitrah, spiritulitas harus berada pada koridor-koridor
nilai-nilai al-Qur’an Sunnah.
Sejak menjadi
disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama di nilai cukup
peat dibandingkan dengan usianya yang masih muda. Hal ini disebabkan, selain
bidang kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi
maupun kelompok, bidang kajiannya juga mencakup permasalahan yang menyangkut
perkembangan usia manusia. Selain itu, sesuai dengan bidang cakupannya ternyata
psikologi agam juga termasuk ilmu terapan yang banyak manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Konsep
Psikologi Islam
Seiring
perkembangan ilmu Psikologi, hadirlah Psikologi agama yang menawarkan
pembahasan tentang konsep manusia yang lebih utuh (komprehensif). Manusia tidak
hanya dikendalikan oleh masa lalu tapi juga mampu merancang masa depan, manusia
tidak hanya dikendalikan lingkungan tetpai juga mampu mengendalikan lingkungan.
Manusia tidak hanya memiliki potensi yang baik tetapi juga memiliki potensi
yang buruk. Konsep dalam Psikologi Islam adalah bio-sosio-psikis-spiritual,
artinya Islam mengakui keunggulan potensi dan juga memamerkan aspek spiritual
(Tuhan) dalam kehidupan sehari-hari, mengakui peran serta lingkungan
(sosiokultural), mengakui keterbatasan aspek biologis (fisiologis).
Psikologi Islam
juga menawarkan konsep tentang perluasan bidang kajian dan metode yang
digunakan untuk mencari kebenaran meskipun tetap berlandaskan pada wahyu Tuhan.
Metode pencarian kebenaran tidak hanya menggunakan indra yang memiliki banyak
keterbatasan, tetapi juga menggunakan potensi non-inerawi yang berwujud intuisi
yang nilai kebenarannya sama-sama relatif dan wahyu kebenarannya tidak
terbantahkan.
Tokoh-tokoh
Psikologi Islam
-
Al-Kindi,
sebagai tokoh Psikologi Muslim yang pertama.
-
Ikhwan
As-safa
-
Muslim
an-Nasyaburi
-
Ibnu
Miskawayh
-
Al-Ghazali,
yang mmbicarakan tentang hakikat diri serta penyebab penderitaan / kebahagiaan.
Beberapa tokoh
dari Indonesia,
yaitu ;
-
Prof.
Dr. Zakiah Daradjat, tokoh yang berperan dalam perkembangan psikologi di dunia
pendidikan.
-
Fuad
Nashori
-
M.
Usman Najati
-
Hanna
Djumhana Bastaman.
Dalam upaya mengembangkan
Psikologi Islam, ada beberapa tahapan yang harus ditempuh, yaitu ;
- melakukan rekonstruksi sistematis terhadap Psikologi agar dapat melahirkan konsep yang mengintegrasikan ketauhidan dengan seluruh aspek kehidupan manusia.
- mensosialisasikan hasil-hasil rekonstruksi Psikologi Islam kemudian dikembangkan, diperkaya, dilipat gandakan dan yang tidak kalah pentingnya juga harus ditingfkatkan dengan memperluas fungsinya sampai kepada dimensi masyarakat global.
- mengoptimalkan fungsi lembaga-lembaga keilmuwan Islam dalam usaha pencapaian perkembangan Psikologi Islam.
- membentuk dan menyebar luaskan Psikologi Islam sebagai satu bentuk kebudayaan dan peradaban Islam.
Faktor-faktor yang Menghambat Perkembangan Psikologi Islam
Beberapa
faktornya, yaitu ;
- sikap Psikologi muslim yang tidak seragam, yakni ; apatis, fanatis, sekular, antagonis, dan idealis.
- keterpesonaan sebagian psikolog Muslim dengan teori-teori yang telah mapan dan berkembang yang tidak berasal dari Islam.
- belum ada teori Psikologi Islam yang mapan, atau setidaknya belum tergali konsep-konsep mendetail yang dapat dijadikan landasan teoritis untuk menjelaskan berbagai fenomena kemanusiaan secara Islami.
- para ilmuwan Islam yang mendalami Psikologi, kurang atau tidak menguasai bahasa arab dan bahasa-bahasa dunia Islam yang berkaitan dengan karya-karya klasik Islam.
- para ilmuwan Islam kurang atau tidak memiliki akses sama sekali dalam merujuk karya-karya Islam klasik.
- kekurangan atau ketiadaan penelitian Psikologi Islam yang mandiri.
Penulis : Kiki Rizky Lubis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar