Senin, 13 Mei 2013

Perkembangan Psikologi Islam



Untuk mengetahui kapan pastinya psikologi agama mulai dipelajari terasa agak sulit. Karena, baik dalam kitab suci maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas. Dalam kitab suci setiap agama banyak menerangkan tentang proses jiwa atau keadaan jiwa sesorang karena pengaruh agama.
 Dalam al-Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang-orng yang beriman atau sebaliknya. Salah satu contoh adalah proses pencarian Tuhan yang dialami oleh nabi Ibrahim As yang diceritakan dalam al-Qur’an surah al-an’am : 76-79. Dalam kisah tersebut dilukiskan bagaimana proses konversi terjadi pada diri Ibrahim. Pencarian Ibrahim terhadap bemda-benda alam yang diciptakan Allah dan menganggapny sebagai Tuhan.

Diskursus dalam Psikologi Islam
Psikologi Islam yang dimaksud disini bukanlah satu cabang psikologi yang hanya berlabelkan Islam, melainkan satu cabang psikologi yang memiliki kaidah-kaidah keilmiahan yang berlandaskan ajaran Islam. Untuk itu Psikologi Islam harus merancang ulang terhadap berbagai teori Psikologi dalam berbagai aspeknya, meliputi ;
• Landasan epistemologi ; iqra’ dan amal shalih
• landasan ontologi ; ayat-ayat dan kebenaran-kebenaran Allah yang bertebar di bumi.
• landasan aksiologi ; untuk memenuhi fungsi manusia sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di bumi.
• landasan objektif ;  berdasarkan pada kajian manusia atas dasar keinginan Allah
• landasan empiris ; mengkaji semua ciptaan Allah pada tingkat rasional empiris, abstrak sapai pada tingkat pengkajian hal-hal yang ghaib.
• landasan rasional ; perpaduan antara pikir dan zikir yang dilandasi hidayah dan menuju penyebar luasan hidayah.
• landasan kemerdekaan ; dengan membebaskan diri dari nafsu menuju kepada pengungkapan kebenaran Allah.
Dalam studi Psikologi Islam, para ahli sependapat bahwa umat Islam perlu merekonstruksi studi psikologi dengan memulai dari sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan hadis. Salah satunya adalah Fuad Nashori, yang berpendapat bahwa studi yang dilakukan umat Islam terhadap psikologi dapat dibagi menjadi 4 pola, yaitu ;
1.) perumusan psikologi dengan bertitik tolak dari al-Qu’an dan hadis. 2.) perumusan psikologi bertitik tolak dari khazanah keislaman. 3.) perumusan psikologi dengan mengambil inspirasi dari pskologi modern dan membahasnya dengan pandangan Islam. 4.) merumuskan konsep manusia berdasarkan pribadi yang hidup dalam Islam.
Literatur Psikologi Islam mengistilahkan jiwa dengan an-nafs atau ar-ruh. Kajian ini juga mencakup hal yang berkaitan dengan intelektual (al-‘aql), hati (qalb), dan kehendak ( iradah). Semua itu di anggap sebagai aspek utama pada perilaku kejiwaan manusia dalam membetuk kualitas diri demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Berbeda dengan cendekiawan Barat, konsep psikologi yang dikembangkan Islam sangat menekankan hakikat Ilahiyah. Seluruh unsur kejiwaan, seperti moral, fitrah, spiritulitas harus berada pada koridor-koridor nilai-nilai al-Qur’an Sunnah.
Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama di nilai cukup peat dibandingkan dengan usianya yang masih muda. Hal ini disebabkan, selain bidang kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi maupun kelompok, bidang kajiannya juga mencakup permasalahan yang menyangkut perkembangan usia manusia. Selain itu, sesuai dengan bidang cakupannya ternyata psikologi agam juga termasuk ilmu terapan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep Psikologi Islam
Seiring perkembangan ilmu Psikologi, hadirlah Psikologi agama yang menawarkan pembahasan tentang konsep manusia yang lebih utuh (komprehensif). Manusia tidak hanya dikendalikan oleh masa lalu tapi juga mampu merancang masa depan, manusia tidak hanya dikendalikan lingkungan tetpai juga mampu mengendalikan lingkungan. Manusia tidak hanya memiliki potensi yang baik tetapi juga memiliki potensi yang buruk. Konsep dalam Psikologi Islam adalah bio-sosio-psikis-spiritual, artinya Islam mengakui keunggulan potensi dan juga memamerkan aspek spiritual (Tuhan) dalam kehidupan sehari-hari, mengakui peran serta lingkungan (sosiokultural), mengakui keterbatasan aspek biologis (fisiologis).
Psikologi Islam juga menawarkan konsep tentang perluasan bidang kajian dan metode yang digunakan untuk mencari kebenaran meskipun tetap berlandaskan pada wahyu Tuhan. Metode pencarian kebenaran tidak hanya menggunakan indra yang memiliki banyak keterbatasan, tetapi juga menggunakan potensi non-inerawi yang berwujud intuisi yang nilai kebenarannya sama-sama relatif dan wahyu kebenarannya tidak terbantahkan.

Tokoh-tokoh Psikologi Islam
-          Al-Kindi, sebagai tokoh Psikologi Muslim yang pertama.
-          Ikhwan As-safa
-          Muslim an-Nasyaburi
-          Ibnu Miskawayh
-          Al-Ghazali, yang mmbicarakan tentang hakikat diri serta penyebab penderitaan / kebahagiaan.
Beberapa tokoh dari Indonesia, yaitu ;
-          Prof. Dr. Zakiah Daradjat, tokoh yang berperan dalam perkembangan psikologi di dunia pendidikan.
-          Fuad Nashori
-          M. Usman Najati
-          Hanna Djumhana Bastaman.

Dalam upaya mengembangkan Psikologi Islam, ada beberapa tahapan yang harus ditempuh, yaitu ;
  1. melakukan rekonstruksi sistematis terhadap Psikologi agar dapat melahirkan konsep yang mengintegrasikan ketauhidan dengan seluruh aspek kehidupan manusia.
  2. mensosialisasikan hasil-hasil rekonstruksi Psikologi Islam kemudian dikembangkan, diperkaya, dilipat gandakan dan yang tidak kalah pentingnya juga harus ditingfkatkan dengan memperluas fungsinya sampai kepada dimensi masyarakat global.
  3. mengoptimalkan fungsi lembaga-lembaga keilmuwan Islam dalam usaha pencapaian perkembangan Psikologi Islam.
  4. membentuk dan menyebar luaskan Psikologi Islam sebagai satu bentuk kebudayaan dan peradaban Islam.

Faktor-faktor yang Menghambat Perkembangan Psikologi Islam
Beberapa faktornya, yaitu ;
  1. sikap Psikologi muslim yang tidak seragam, yakni ; apatis, fanatis, sekular, antagonis, dan idealis.
  2. keterpesonaan sebagian psikolog Muslim dengan teori-teori yang telah mapan dan berkembang yang tidak berasal dari Islam.
  3. belum ada teori Psikologi Islam yang mapan, atau setidaknya belum tergali konsep-konsep mendetail yang dapat dijadikan landasan teoritis untuk menjelaskan berbagai fenomena kemanusiaan secara Islami.
  4. para ilmuwan Islam yang mendalami Psikologi, kurang atau tidak menguasai bahasa arab dan bahasa-bahasa dunia Islam yang berkaitan dengan karya-karya klasik Islam.
  5. para ilmuwan Islam kurang atau tidak memiliki akses sama sekali dalam merujuk karya-karya Islam klasik.
  6. kekurangan atau ketiadaan penelitian Psikologi Islam yang mandiri.

Penulis : Kiki Rizky Lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar